Kebutuhan pangan dalam negeri terus mengalami
peningkatan yang signifikans sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk,
sementara itu luas lahan produktif terus mengalami penurunan, karena
meningkatnya alih fungsi lahan produktif menjadi lahan industri dan perumahan.
Garut adalah salah satu tanaman ubi-ubian
yang strategis sebagai sumber karbohidrat untuk mengurangi ketergantungan
pangan pada beras dan gandum. (Kumalaningsih, 1998). Tanaman garut (Maranta arundinaceae L) termasuk dalam
familia Manantaceae, termasuk tanaman
semak semusim dengan tinggi mencapai 75-90 cm.
Berbatang semu, bulat, membentuk rimpang, berwarna hijau. Daun berbentuk tunggal, bulat memanjang,
ujung runcing, bertulang menyirip, panjang 10-27 cm, lebar 4-5 cm berpelepah,
berbulu, berwarna hijau. Garut memiliki
nama yang beragam, West Indian arrowroot (Inggris), arerut, ubi sagu, sagu
Belanda (Betawi), larut (Sunda), angkrik, arus, jalarut, garut, irut (Jawa).
- Kandungan protein kasar umbi garut dalam penelitian ini berkisar antara 3.4% s/d 4.81% dengan rata rata sebesar 3.79%, hasil ini sesuai dengan hasil laporan Sapuan dan Wahid (1998) dalam Sastra (2006), dimana kandungan protein unbi karut berkisar antara 2-5%.
- Kandungan serat kasar (SK) umbi garut dalam penelitian ini berkisar antara 2.25% s/d 3.21% dengan rata rata 2.65%. Hasil ini sesuai dengan laporan dari Badan Ketahanan Pangan Jawa Tengah (2006), dimana kandungan SK umbi garut berkisar antara 1-3%.
- Kandungan lemak rata rata dalam penelitian ini adalah 0.32% atau berkisar anatara 0.126 s/d 0.529%, lebih rendah dibanding hasil laporan dari Gohl (1981), yaitu sebesar 0.8%, tetapi sama dengan hasil analisis lemak umbi garut di Jawa Tengah sebesar 0.1 s/d 0.3% (Badan Ketahanan Pangan,2006). Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi lingkungan dimana umbi tersebut berasal, terutama kondisi suhu lingkungan, curah hujan, intensitas sinar matahari dan tingkat kesuburan tanah serta struktur atau jenis tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2006a. Garut,
Pengganti Gandum dan Beras Berkhasiat Obat.
www. Idionline. Org/05 infodk obattrad 5. htm.
Anonim. 2006b. Plasma Nutfah
Ubi-ubian Minor : Garut Maranta Arundinaceae. www. Indobiogen.
or. id/berita artikel/ mengenal plasma nutfah. php.
Anonim.
2006c. Diversifikasi
Tanaman Kakao Muda dengan Garut (Maranta arundinaceaeL.). http://www.ipard.com/penelitian/penelitian kakao.asp.
BBMKP (Badan Bimbingan Masyarakat
Ketahanan Pangan) Jawa Tengah.
2006. Garut Sumber Karbohidrat
Non Beras. www.bbkpjateng.go.id/index.php.
Flach, M. dan F. Rumawas. 1996. Plant
yielding non-seed carbohydrates. PROSEA. Bogor ,
Indonesia .
Heyne, K.
1987. Tumbuhan berguna Indonesia.
Jilid I. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.
Herison, C. 1998. Sayuran Dunia I, Prinsip, produksi dan
gizi (terjemahan : World vegetables : Principles, production and nutritive
values, Rubatzky, V. E & M. Yamaguchi) ITB. Bandung .
Kumalaningsih, S. 1988. Aspek Pengembangan
Produk Olahan dari Bahan Baku Umbi Garut. Makalah Semiloka Nasional
Pengembangan Tanaman Garut Sebagai Sumber Bahan Baku Alternatif Industri.
Rukmana, R. 2000.
Garut, Budidaya dan Pasca Panen.
Kanisius. Yogyakarta.
Sastra, D. R. 2003. Analisis Keragaman Genetik Maranta
arundinaceae L. Berdasarkan Penanda Molekuler RAPD (Random Amplified
Polymophic DNA). Jurnal Sains dan
Teknologi BPPT. V5. N5. 30. Pusat
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian. BPPT. http://www.iptek.-net.id/ind.
Setyati, S. 1979. Pengantar Agronomi.
Departemen Agronomi Fakultas Pertanian Bogor. Gramedia, Jakarta.
Soetrisno, N., 1988. Aspek Kelembagaan
dalam Program Pemasyarakatan Tanaman Garut. Makalah Semiloka Nasional
Pengembangan Tanaman Garut sebagai Bahan Baku Industri Pangan. Unibraw, Malang.